Untukmu Kader Dakwah



Allah subhanallahu wa ta’ala  berfirman dalam Surat Maryam ayat 12 :

Yaa Yahyaa khudzil kitaaba bi quwwah..”

           Tatkala Allah memberikan perintah kepada hamba-hambaNya yang ikhlas. Allah tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambil-Nya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguh-sungguhan.

            Sejarah telah membuktikan, bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguhlah yang akan memenangkan pertarungan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan ­jiddiyah dan kebulatan tekad. Namun ingatlah kebathilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya. Maka dari itu Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Al-Haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.

            Jiddiyah dan tekad yang bulat lah yang membuat kekaisaran Byzantium runtuh di tangan Muhammad Al-Fatih. Jiddiyah dan tekad yang bulat lah yang membuat Salman Al-Farisi menyerukan untuk membangun parit di perang uhud. Jiddiyah dan tekad yang bulatlah yang membuat sang kyai, K.H Hasyim Asyari menyerukan revolusi jihad. Jiddiyah dan tekad yang bulat para ulama lah yang membuat negeri ini merdeka dari penjajahan kolonialisme para londo.

            Lalu Jiddiyah yang seperti apa yang akan kita berikan untuk agama ini? Untuk kemenangan Islam? Yakni bersungguh-sungguhlah dalam menjalani amanah dakwah ini. Bersungguh-sungguhlah dalam berkhidmat kepada wadah gerakan ini, gerakan yang dilahirkan atas kesadaran moral dan juga kesadaran intelektual. Bahwa kedzaliman adalah musuh abadi kami. Bersungguh-sungguhlah mewujudkan kemenangan Islam adalah perjuangan kami. Maka bersungguh-sungguhlah hingga Allah memerintahkan untuk berhenti, ketika nafas ini tak lagi berhembus.

            Belajarlah dari kisah Nabi Yunus ­Alaihissalaam ketika Yunus Ibn Mata pergi meninggalkan kaumnya dengan amarah. Dia pergi karena ketidaksabarannya, ketakteguhannya, dan ketaktelatenannya dalam mendakwahkan risalah Rabb nya. Dia pergi sebelum ada  perintah Allah untuk menghentikan seruannya. Dia menyerah sebelum waktunya. Hingga Allah didik Yunus dengan cara-Nya, agar dia sabar dalam tugas dakwahnya.

            Kisah Yunus yang dilahap ikan Nun seharusnya membawa ibrah dan hikmah pada kita. Yang hidup ribuan atau bahkan ratusan tahun setelahnya, tetapi memperjuangkan dakwah yang sama. Bahwa bersungguh-sungguhlah dalam berdakwah. Bersabarlah kemudian atasnya. Allah tak pernah salah dalam membebankan amanah ini pada antum semua, para penggerak kemenangan Islam.

            Seorang yang lebih dulu mengazzamkan diri nya pada jama’ah ini pernah berkata bahwa “Kuatlah! Hinggga menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan yang kau punya”. Dan bukan kah Allah akan mempergilirkan amanah ini kepada mereka yang kuat memikulnya? Maka jalankan lah amanah ini dengan kesungguhan dan kesabaran higga Allah turunkan kekuatan-Nya kepada kita.

Jangan lari! Jangan Menyerah! Jangan Pergi! Jadikan lah KAMMI sebagai wasilah dalam taat dan beribadah kepadaNya. Hingga pada saat nya nanti, Allah hisab waktu kita di dunia digunakan untuk apa? Maka kita bisa sedikit menjawab : “Hamba pernah memperjuangkan islam bersama KAMMI”.

            Hayya ‘alal falaah! Mari menuju keberhasilan, kemenangan, dan kejayaan Islam dengan bersungguh-sungguh.

- Penjaga Cahaya -

Posting Komentar

0 Komentar