Dalam memperhatikan sejarah yang ada, terutama sejarah perjuangan
dalam kemerdekaan Republik Indonesia pasti tidak lepas dari perjuangan yang
dilakukan oleh umat Islam, mulai dari kyai, ulama, santri dan masyarakat
muslim lainnya. Namun hal ini sering
sekali terlupakan oleh sejarah, entah terlupakan ataupun dilupakan.
Sebagai seorang pemuda muslim yang cinta akan perjuangan para ulama
terdahulu, perjuangan para pahlawan maka dari itu kita perlu tahu betul sejarah-sejarah yang
terbentang luas dari setiap masa ke masa. Dengan mengetahui dan meyakini itu
semua, membuktikan peran umat Islam hari ini tidak lepas dari perjuangan umat
Islam terdahulu. Dan berusaha sekuat tenaga dalam mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia.
Perjuangan yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan nasional dengan
peran umat Islam masa kini tentu berbeda, pahlawan-pahlawan terdahulu mengorbankan
nyawanya dengan membawa bedil-bedil, membawa bambu runcing untuk melawan para
penjajah demi kemerdekaan yang dicita-citakan dan peran umat Islam masa kini
tentu dengan penjajah yang tidak kasat mata, tidak tersadarkan bahkan tidak
tercium baunya. Lantas apa yang harus
kita lakukan demi mempertahankan kemerdekaan ini? Kemerdekaan yang dengan susah
payah didapatkan, hingga ribuan syuhada gugur di medan perang.
Melihat perjuangan para pahlawan nasional, 10 November menjadi hari
yang sangat bersejarah bagi rakyat Indonesia, tak terkecuali bagi umat Muslim
Indonesia yang menjadi agama mayoritas, namun tidak menutup kemungkinan
umat-umat agama lainnya yang turut serta
dalam perjuangan kemerdekaan. Dan perlu kita ketahui bersama bahwa umat Islam
adalah benteng pertahanan terakhir dalam menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dengan merefleksikan perjuangan dahulu dengan sekarang mestilah
tidak berubah dalam hal semangat untuk mengisi kemerdekaan, ditambah lagi
berbagai upaya yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dengan cara mengadu antara
sesama umat Islam, melakukan berbagai penistaan agama dan berbagai ucapan yang
dilontarkan oleh para pejabat publik dengan tidak memperhatikan perasaan orang
lain atas ucapannya, membuat suatu kecacatan dalam upaya mengisi kemerdekaan,
terutama kemerdekaan beragama untuk bermasyarakat yang damai dan sejahtera.
Hari pahlawan
identik dengan sosok Bung Tomo yang membuktikan
semangat dalam hal melawan penjajah di Surabaya, Semangat jihad arek-arek
Suroboyo dengan terus berteriak takbir semakin membuat hati-hati para
pahlawan teguh dan kuat akan kekuasaan Allah SWT. Sampai-sampai Bung Tomo
kurang lebih menyampaikan, “Entah kalau tidak ada takbir, dengan apa saya bisa
membangkitkan semangat para arek Suroboyo melawan penjajah.”
Bung Tomo sadar bahwa dalam melawan kedzoliman
penjajah merupakan suatu perjuangan di jalan Allah (jihad fii sabilillah).
Dengan teriakan takbir ini dengan penuh
kesadaran dan pemahaman bahwa Allah lah yang Maha Besar, menjadikan para penjajah
dengan memiliki kekuatan lengkap dengan izin Allah menjadi tidak ada
apa-apanya.
Dalam pidato yang
disampaikan Bung Tomo, dengan menggunakan kalimat takbir, Allahu Akbar mampu
membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo, dengan pembawaan Bung Tomo
yang gagah ditambah kalimat takbir yang menggetarkan jiwa akhirnya
pahlawan-pahlawan kita mampu mengalahkan para penjajah pada saat itu.
Ini yang mesti
kita ingat terus dalam benak kita semua, keinginan yang kuat dengan
sungguh-sungguh didasari juga keimanan kepada Allah SWT mampu membawa rakyat
Indonesia kepada kemenangan. Maka dari itu, jangan sampai usaha apapun yang
kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan tidak didasari ketakutan dan ketakwaan
kita kepada Allah SWT.
Mengapa Hari Pahlawan ditetapkan Tanggal 10 November? Untuk
mengetahui hal ini, kita kupas juga sejarah Hari Pahlawan ini. Setidaknya
memberikan gambaran dan pengetahuan bagi kita semua atas perjuangan para
pahlawan-pahlawan kita.
Hari Pahlawan mengingatkan kita pada pertempuran di Surabaya pada
10 November 1945. Peristiwa ini diawali oleh insiden perobekan Bendera Belanda
di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945. Kemudian Presiden Sukarno
memerintahkan gencatan senjata pada 29 Oktober 1945, sehingga pada 30 Oktober
pertempuran kembali terjadi yang pada saat itu arek-arek Suroboyo
bersama para pejuang lainnya bertempuran melawan tentara Inggris.
Pada pertempuran Surabaya, jumlah kekuatan yang dibawa tentara
sekutu sekitar 15.000 pasukan. Dalam pertempuran Surabaya itu pun, sekitar 6000-16.000
rakyat Indonesia gugur dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya.
Pertempuran tersebut terjadi selama tiga minggu. Dengan banyaknya pahlawan yang
berguguran pada peristiwa tersebut ditetapkan 10 November 1945 sebagai Hari
Pahlawan dengan adanya Keppres Nomor 316 Tahun 1959 pada 16 Desember 1959 oleh
Presiden Sukarno. Dan ini ditetapkan sebagai hari nasional bukan hari libur.
Peristiwa ini merupakan pertempuran yang besar, tidak hanya
angkatan bersenjata saja namun rakyat Surabaya juga mengambil peran tersebut.
Padahal rakyat Surabaya hanya bermodalkan senjata minim dengan berani bersama
tentara melawan tentara sekutu dan Belanda.
Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lainnya
dalam menggerakan rakyat Surabaya pada waktu itu diantaranya tokoh-tokoh agama
seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren
lainnya dengan mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai
kelompok perlawanan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi
korban pada 10 November 1945 ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan hingga
sekarang.
Setelah kita mengetahui sejarah dari Hari Pahlawan, saya mengajak
kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk sama sama mengisi kemerdekaan ini
dengan sesuatu yang bermanfaat dan terus berkontribusi disetiap bidangnya
masing-masing, serta mari kita jaga rasa persatuan diantara kaum muslimin
sesuai yang disyariatkan kepada kita di dalam Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 103, “Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara.
0 Komentar