Penulis : Ridwan Qomar Sonjaya (Mahasiswa STISHK Kuningan)
“Beri aku 1.000
orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia.” Kalimat yang dilontarkan oleh Ir. Soekarno, Presiden pertama
Republik Indonesia, ini sering kali terdengar oleh telinga kita. Kalimat tersebut
seperti menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan pemuda sebagai agen perubahan.
Dalam sejarah bangsa ini, pemuda memainkan peran
penting dan menjadi penggerak kebangkitan. Contoh nyata bagi bangsa Indonesia
adalah peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Peristiwa lain yang menunjukkan
betapa besar kekuatan pemuda adalah peristiwa Rengasdengklok, 16 Agustus 1945.
Para Pemuda saat itu yang dipimpin Soekarni, Wikana, serta Chairul Saleh
menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan agar mempercepat
proklamasi Indonesia. Upaya ini akhirnya berhasil, esok nya tanggal 17 Agustus
1945, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Waktu pun
berlalu, tetapi kekuatan itu masih sama tatkala kita ingat kembali peristiwa
pada 1998. Mahasiswa menuntut dihapuskannya KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme). Peristiwa 1998 ini juga diiringi dengan berbagai tindakan yang
mengakibatkan terjadinya Tragedi Cimanggis, Tragedi Gejayan, Tragedi Trisakti,
Tragedi Semanggi I dan II, serta Tragedi Lampung. Paling fenomenal adalah
ketika mahasiswa berhasil menduduki Gedung DPR/MPR. Pada akhirnya Presiden
Soeharto saat itu melepaskan jabatannya sekaligus menandai berakhirnya Orde
Baru menuju Era Reformasi.
Serangkaian
aksi dan gerakan pemuda atau mahasiswa pada masa lalu tentunya didasari rasa
cinta terhadap bangsa. Rasa patriotisme yang menggelora itu dibarengi pula oleh
persatuan, kecerdasan intelektual, ketajaman berpikir, dan semangat pergerakan.
Namun Kini, tahun tahun berlalu, kondisi bangsa telah berubah, 90 tahun
pasca-Sumpah Pemuda, kondisi pemuda Indonesia pun berbeda, Menumbuhkan semangat
patriotisme dalam diri generasi yang lahir dan tumbuh di lingkungan serba
digital saat ini yang disebut generasi milenial memang menjadi tantangan
tersendiri
Istilah
milenial ini dimaksudkan untuk menggambarkan sebuah generasi yang berbeda dari
generasi sebelumnya, yaitu generasi yang dibesarkan dengan cara berbeda, dalam
keadaan berbeda, dan memiliki tujuan, ambisi, serta motivasi yang berbeda pula.
Beda zaman
tentulah berbeda karakter yang terbentuk. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, gaya hidup, teknologi, lingkungan dan sebagainya. Era sekarang,
pemuda justru telah berada pada era mempertahankan keutuhan bangsa, di mana
memiliki tugas yang juga sama beratnya. Kita ketahui, pemuda saat ini dengan
mudah tehubung ke seluruh dunia secara online.
Mereka
memiliki kesempatan luas untuk mendapatkan informasi. Mereka cenderung ingin
mencapai sesuatu dengan cepat dan instan karena terbiasa dengan kemudahan teknologi.
Namun perlu kita ingat bahwa mereka adalah generasi yang kreatif. Hal ini
dikarenakan kaum milenial tumbuh beriringan dengan hadirnya media sosial yang
membuat mereka kecanduan untuk diperhatikan. Generasi milenial pun tidak ragu
untuk menuangkan kekesalannya terhadap sesuatu ke dalam media sosial. Sehingga
muncul istilah “pemuda tempo doeloe berjuang dengan bambu runcing vs pemuda
sekarang berjuang dengan sosial media”.
Dunia saat
ini sudah move on dari zaman kuno, dan
memasuki era milenial, di mana era ini
disebut sebagai masa di mana teknologi berkembang dengan pesat dan menjadi
sebuah gaya hidup bagi para generasi di dalamnya.
Di era ini
dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin tinggi
sehingga menuntut kualitas dan kinerja manusianya untuk lebih ditingkatkan.
Pemuda harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar, dan menjadi lebih baik
serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat agar dapat memecahkan setiap
masalah.
Perbedaan
yang menjadi ciri khas pemuda di era milenial dengan pemuda sebelumnya adalah
perkembangan teknologi sekarang ini yang telah menjadikan para pemuda milenial
masuk dalam dunia digital.
Inilah salah
satu letak perubahan tantangan generasi muda. 'Zaman now' adalah sebutan bagi kaum milenial untuk menggambarkan
masa kini. Itulah yang seharusnya kita jadikan patokan atau acuan bahwa kita
sebagai pemuda harus bisa merubah keadaan bangsa dalam berbagai bidang sektor,
terutama sektor politik.
Banyak
sekali contoh masalah yang berkaitan dengan politik yang sering terjadi di
Indonesia salah satunya adalah Korupsi, yang sampai sekarang tidak menemukan
titik terang untuk pencegahannya. Walaupun pada dasarnya, sudah ada hukum yang
mengatur tentang korupsi ini. Namun, mereka
seperti orang yang buta dan tuli akan hukum. Padahal mereka adalah orang-orang
yang pakar dalam bidang hukum.
Sudah
saatnya bagi para pemuda melaksanakan perannya sebagai agent of change yaitu
mendorong terjadinya inovasi bangsa kearah yang lebih baik termasuk dalam
politiknya. Kita para pemuda harus peduli dan optimis untuk menciptakan
kualitas politik yang baik di negara yang tercinta ini. Karena perbaikan
politik hanya akan terjadi apabila ada orang yang baik, professional, dan
berintegritas masuk kedalamnya.
Dengan
semangat perubahan, pemuda khususnya mahasiswa STISHK Kuningan seharusnya
menjadi generasi yang mengisi tempat-tempat yang sentral dalam pemerintahan,
dari permasalahan yang ada tersebut STISHK Kuningan mempersiapkan generasi yang
mampu untuk memperbaiki permasalahan yang ada karena ditunjang dengan distingsi
kampus yaitu Scientific, quranic dan integrity. Scientific yaitu akademik dan
prestasi nya bagus, quranic tentunya berpedoman kepada Al-Qur'an serta
integrity yang didapatkan oleh mahasiswa STISHK Kuningan salah satunya dalam
halaqoh tarbawiyah.
Politik di
negara kita sudah lama dipegang oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,
yang hanya karena jabatan dan uang
semata mereka menghalalkan segala cara. Hal inilah yang membuat politik kita
menjadi kotor. Saya yakin apabila politik digunakan sebagaimana mestinya akan
mampu mensejahterakan rakyat, memajukan pembangunan dan membawa negara
Indonesia menjadi negara yang maju.
Jadi kunci kesuksesan negara ini ada di tanganmu pemuda-pemudi Indonesia, khususnya mahasiswa/i STISHK Kuningan, maka sadar untuk tingkatkan peranmu dan ketahui fungsimu di bangsa ini. Lalu terapkanlah sebagai mana mestinya. Sudah waktunya pergerakan-pergerakan pemuda Indonesia kembali bangkit. Kita adalah pemegang asa perjuangan. Berjuanglah untuk mengembalikan rasa keadilan bagi seliuruh rakyat Indonesia.
0 Komentar